//
you're reading...
Tidak Dikategorikan

BERUDHUHIYAH WUJUD KESYUKURAN SEORANG HAMBA

Oleh: Nurdin Mappa

         Manusia  lahir kedunia ini tidak dengan sendirinya akan tetapi ia lahir karena Allah yang telah menciptkannya dan setiap manusia yang terlahir ke dunia ini tidak membawa apa-apa bahkan selembar benangpun tak terbawa, hanya modal tangis yang menandakan kalau kita telah lahir kedunia dalam kondisi  hidup.  Allah-lah  yang telah memberikan segala macam fasilitas hidup, seperti tanah sebagai wadah tumbuh dan berkembangnya tanaman untuk kebutuhan hidup manusia,  udara (O2) yang melimpah  dan tersedia gratis untuk respirasi manusia,  air  yang  turun dari langit berupa hujan untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia  untuk berbagai keperluan, bahkan jazad yang sempurna yang dilengkapi dengan segala perlengkapan serta nyawa yang tidak ternilai harganya. Begitupula Laut yang tidak berhenti memberikan sumbangsi ikannya setiap saat, Cahaya matahari  yang belum pernah padam sampai sekarang untuk penerangan, serta malam hari untuk beristrihat dan masih banyak anugerah Allah yang tidak sempat penulis nukilkan.  Hubungannya dengan ini Allah Subhana Wataalah telah menyampaikan bahwa:

 Sesungguhnya kami Telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.(Qs. Al-Kautsar:1).

      Nikmat yang banyak ini akan tetap disiapkan oleh Allah Subhana Wataalah selama manusia ini masih ada atau masih hidup, namun  semua nikmat yang telah Allah berikan tidak akan diminta oleh Allah untuk dibalas, akan tetapi akan dipertanggungjawabkan kelak diakhirat:

Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu) (Qs. At-Katsur:8).

      Agar manusia dapat bertanggungjawab terhadap nikmat yang Allah berikan maka manusia harus mengsyukuri apa yang telah diberikan oleh Allah baik yang bersifat material maupun non material  atau nikmat dzahir dan bathin (Qs. Lukman:20).  Bentuk kesyukuran atas nikmat yang banyak disampaikan oleh Allah dalam Alquran Surah Al-Kautsar di ayat 2, berupa perintah untuk melaksanakan shalat dan berudhuhiyah.

Maka Dirikanlah shalat Karena Tuhanmu; dan berkorbanlah[1605].(Qs. Al-Kautsar:2).

    Berudhuhiyah sebagai salah satu bentuk kesyukuran kepada Allah dengan memotong ternak yang dilaksanakan setiap tanggal 10, 11, 12, dan 13 Zulhijjah tidak akan membuat seseorang menjadi  bangkrut atau miskin, malah karena dilakukan dengan rasa syukur akan nikmat Allah Subhana Wataalah maka Allah justru akan menambah nikmat-Nya kepada orang-orang yang berkurban, sehingga reski Allah akan semakin bertambah dan berberkah, hal ini disampaikan oleh Allah Subhana Wataalah dalam Surah Ibrahim ayat 7

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Qs. Ibrahim:7).

   Orang-orang yang berkurban (udhuhiyah) karena rasa syukur kepada Allah dijanjikan oleh Allah untuk ditambahkan nikmat kepadanya, sebaliknya orang yang memiliki kemampuan tetapi tidak mau melaksanakan kurban  artinya ia mengkafiri atau mendustakan perintah Allah Subhana Wataalah  sehingga diancam dengan siksaan yang pedih.  Bahkan menurut hadits orang yang selalu mengeluarkan hartanya untuk jalan didoakan oleh malaikat agar hartanya diganti, sedangkan orang kikir yang tidak mau mengeluarkan hartanya untuk jalan Allah didoakan oleh para Malaikat agar hartanya hancur dan binasa alias bangkrut: Imam al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:


 ‘Tidak satu hari pun dimana seorang hamba berada padanya kecuali dua Malaikat turun kepadanya. Salah satu di antara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak.’ Sedangkan yang lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang kikir. [HR. Al-Bukhari, kitab az-Zakaah, bab Qauluhu Ta’aalaa: faman A’tha wat taqa (No.1442) dan Muslim, kitab az-Zakaah bab Fil Munfiq wal Mumsik (No.010)]

     Orang-orang yang mensyukuri nikmat Allah Subhana Wataalah dengan cara mengorbankan harta yang diberikan oleh Allah tidak akan mengalami kemiskinan atau kebangkrutan karena dijamin oleh Allah akan senangtiasa ditambahkan nikmat kepada mereka.  Harus disadari kalau semua yang ada pada manusia adalah miliknya Allah Subhana Wataalah, oleh karena semua yang ada di dunia ini pemilik mutlak adalah Allah  (Qs. Al-Munafiqun:7).  Sebab itu ketika Allah meminta kepada hamba-Nya untuk berkorban pada dasarnya sang pemilik  sendiri meminta apa yang menjadi milik-Nya, yang sementara dititipkan kepada manusia, Lalu ada orang yang enggang memberikan apa yang diminta sang pemilik, seharusnya manusia malu menahan apa menjadi bukan miliknya. Allah bertanya tentang nikmat yang selama ini dititipkan kepada manusia berulang-ulang di Surah Ar-Rahman sebanyak 23 kali

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

    Jadilah hamba yang pandai bersyukur dan amanah terhadap nikmat Allah yang dititipkan kepada kita, sehingga jika sang pemilik meminta untuk melakukan sesuatu dengan miliknya lakukanlah, nanti Allah memberikan titipannya lagi, oleh karena kita dianggap mampu menjaga amanah yang diberikan kepada kita, Allahu ‘Alam.

About nurdinmappa

im teacher from boarding School darul Arqam Gombara Makassar

Diskusi

Belum ada komentar.

Tinggalkan komentar